TopikMaluku
TopikMaluku
TopikMaluku
TopikMalukuTopikMaluku

Turunkan Kabinda Maluku: Gagal Deteksi Dini, Pemuda Tuntut Reformasi Intelijen Sekarang!

Oleh: Basyir Tuhepaly

Topik Maluku.com, Malteng-Maluku Tengah kembali dilanda bara konflik. Api ketegangan sosial yang membesar bukanlah kejadian mendadak, tetapi akumulasi dari pembiaran yang sistematis dan kegagalan deteksi dini oleh lembaga yang semestinya jadi garda depan—Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Maluku. Dalam konteks inilah, desakan untuk menurunkan Kabinda Maluku bukan sekadar aspirasi, tetapi sebuah keharusan moral dan politik.

Di balik kegaduhan yang terjadi, publik menyaksikan satu hal yang jelas: kegagalan mutlak intelijen di bawah kepemimpinan Kabinda saat ini. Alih-alih menjadi mata dan telinga negara, Kabinda justru tampil bagai sosok pasif—lamban membaca gejala, gagap menyusun langkah antisipatif, dan nihil dalam penetrasi sosial. Di tengah wilayah dengan sejarah luka sektarian mendalam, kelambanan ini bukan hanya memalukan, tapi berbahaya.

Anak-anak muda Maluku, sebagai representasi dari kesadaran baru yang tumbuh, angkat suara dengan tegas. Mereka mengecam tumpulnya intelijen daerah dalam membaca eskalasi konflik yang mengancam stabilitas masyarakat. Menurut mereka, Kabinda Maluku bukan hanya gagal secara teknis, tapi secara ideologis—gagal memahami bahwa deteksi dini adalah soal hidup dan mati bagi daerah rawan konflik seperti Maluku.

“Kalau konflik bisa meledak lagi di tempat yang pernah berdarah, lalu Kabinda bilang dia tidak tahu—maka untuk apa negara menggaji intelijen?” Begitu nada marah yang mewarnai suara kalangan muda. Mereka menilai bahwa saat ini bukan lagi waktunya membiarkan pejabat publik berlindung di balik laporan seremonial, sementara realitas di lapangan menunjukkan kebuntuan. Sistem intelijen harus membaur dengan masyarakat, tidak hanya berputar di ruang-ruang steril kekuasaan.

Kegagalan deteksi dini ini bukan hanya menciptakan ketegangan sosial, tetapi juga mengancam keberlanjutan pembangunan dan proses rekonsiliasi damai yang telah diperjuangkan bertahun-tahun pascakonflik Maluku. Jika intelijen tidak mampu memberi jaminan stabilitas, maka apa yang akan menjadi fondasi bagi masa depan Maluku? Apakah kita akan terus membangun di atas bara yang sewaktu-waktu bisa menyala?
Anak muda menuntut reformasi total terhadap sistem kerja intelijen di Maluku.

Mereka mendesak agar Kabinda Maluku mundur dari jabatannya, memberi ruang bagi sosok yang lebih kompeten, tanggap, dan benar-benar paham dengan kompleksitas sosiologis masyarakat Maluku. Ini bukan lagi soal jabatan—ini soal tanggung jawab terhadap nyawa dan kedamaian sosial.

Sudah saatnya Presiden, BIN pusat, dan seluruh stakeholder nasional mendengar jeritan dari Timur Indonesia ini. Jangan tunggu Maluku kembali terbakar untuk menyadari bahwa sistem pengawasan sosial kita lumpuh. Evaluasi menyeluruh harus dilakukan—mulai dari manajemen personel, strategi lapangan, hingga pendekatan intelijen yang lebih manusiawi dan membumi.
Maluku tak butuh intelijen yang hanya hadir di atas meja rapat. Kami butuh Kabinda yang hadir di lorong-lorong rakyat, mendengar keresahan, merasakan getaran bahaya bahkan sebelum letupan terjadi. Jika itu tidak bisa dipenuhi, maka satu kata cukup: TURUNKAN!

Intelijen bukan semata institusi keamanan—ia adalah pilar utama dalam merawat kemanusiaan di daerah penuh luka. Jika pilar itu rapuh, maka bangunan damai pun runtuh. Dan pemuda Maluku hari ini, tak akan tinggal diam menyaksikan semua itu kembali terulang.


Follow TOPIKMALUKU.COM untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Chennel
TopikMaluku
error: Konten Dilindungi !